PuisiMembaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini apa bila kita baca secara detail, meiliki banyak makna yang terkandung. Dimana makna dalam puisi tersebut sangat kental terasa terhadap kondisi kehidupan kita saat ini, yaitu sebagai berikut: Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Daftar isi1. Kerendahan Hati2. Dengan Puisi, Aku3. Karangan Bunga4. Membaca Tanda Tanda5. Bagaimana Kalau6. Merdeka Utara7. Jalan Segera8. Cinta Rupiah9. Dharma Wanita10. Malu Aku Jadi Orang Indonesia11. Bayi Lahir Bulan Mei 199812. Salemba13. Dari Catatan Seorang Demonstran14. Geometri15. Seratus JutaTaufiq Ismail adalah sastrawan Indonesia dengan latar belakang keluarga ulama, guru dan sastrawan. Taufiq lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan memiliki gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Taufiq telah bercita-cita untuk menjadi sastrawan sejak sekolah menengah atas. Namun ia memilih pendidikan kedokteran hewan untuk nantinya dapat menafkafi cita-cita menjadi sastrawannya. Taufiq dikategorikan sebagai peyair Angkatan’66. Taufiq sering kali bekerja sama dengan sastrawan lain, hal ini penting menurutnya untuk memiliki jangkauan puisi yang lebih sering membaca puisi di depan umum karena baginya puisi baru akan memperoleh tubuh yang lengkap jika setelah penulisannya kemudian dibacakan di khalayak ramai. Taufiq telah membaca puisi di berbagai festival dan acara sastra setidaknya di 24 kota di Asia, Australia, Eropa, Amerika dan Afrika sejak tahun awal tahun 1970an, Taufiq yang bosan dengan puisi yang terlalu serius mencoba mengemas puisi dengan sedikit humor. Yang terbaru ialah pada tahun 206, nama Taufiq Ismail menjadi sorotan para sastrawan Indonesia dan tokoh agama karena pernyataan yang menyatakan lagu ciptaan Kusbini yaitu Bagimu Negeri adalah lagu yang itu, Taufiq mendapat berbagai penghargaan karena kiprahnya di dunia sastra beberapa diantaranya ialah Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia 1977, South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand 1994, Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa 1994 dan mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Berikut pembahasan mengenai beberapa karya Taufiq Ismail 1. Kerendahan HatiSesuai dengan judulnya, puisi ini bercerita tentang kerendahan hati tidak hanya bisa dicapai jika memiliki jabatan atau popularitas. Hal ini diumpakan dengan benda-benda disekitar manusia. Seperti pepohonan, semak belukar bahkan rumput liar pun bisa menunjukkan kerendahan hati dengan menjalani fungsi sebagai rumput liar yang baik. Sehingga puisi ini mengajarkan pembaca untuk tidak sombong dan sebisa mungkin menjadikan hidup lebih bermakna bagi orang Dengan Puisi, AkuPuisi ini mengisahkan kecintaan penyair pada puisi. Penyair menganggap bahwa ia dapat mencurahkan cinta, kesedihan, kebahagiaan dan bahkan mampu menuangkan segala kenangan pada puisi. Dalam puisi ini terkandung pesan bahwa manusia harus terus berkarya tak peduli zaman dan harus saling menghargai karya Karangan BungaPuisi ini bertemakan kepahlawanan yang didasarkan pada peristiwa tertembaknya seorang mahasiswa Universitas Indonesia oleh Pasukan Tjakrabirawa. Dalam puisi dituliskan “tiga anak kecil dengan langkah malu-malu” anak kecil polos dan lugu yang diumpamakan oleh penyair sebagai orang-orang yang tidak paham alasan dibalik terjadinya peristiwa yang tidak paham namun ikut bersimpati dan berbela sungkawa atas kejadian kemanusiaan yang sangat disayangkan itu. Puisi ini mengingatkan pembaca untuk mengenang dan menghargai orang-orang yang gugur demi alasan Membaca Tanda TandaPuisi ini mencoba mengingatkan pembacanya bahwa banyak hal dari alam yang sudah mulai sangat berubah. Semua hal yang hancur dan menghilang, semua saling berhubungan. Terdapat tanda-tanda yang harusnya menyadarkan kita dan membuat kita lebih awas dan menjaga lingkungan sekitar serta alam. Dalam puisi ini juga disebutkan sifat dasar manusia yaitu selalu meminta kepada Bagaimana KalauBagaimana Kalau adalah puisi dengan 12 bait yang tiap baik diawali dengan kalimat “bagaimana kalua”. Puisi ini menggambarkan bahwa segala hal meskipun sudah ada dan yang dianggap biasa dalam kehidupan memiliki kemungkinan untuk tidak seperti apa yang dikenal selama ini. Puisi ini seolah memberi pilihan dan pertimbangan atas hal-hal yang terjadi dalam hidup. Puisi ini mengajarkan kita untuk mawas diri, untuk dapat lebih menghargai kenyamanan yang sudah didapatkan selama Merdeka UtaraPuisi ini menggambarkan keadaan Jakarta setelah masa revolusi yaitu pada tahun 1966. Kota yang harusnya ramai karena merupakan ibukota negara malah terlihat tersebut tidak cerah berwarna biru namun terlihat sedih yang digambarkan dengan warna ungu oleh penyair. Dalam puisi ini penyair menuangkan tulisan dan pemikirannya sebagai kenangan untuk mengenang masa-masa pasca revolusi kala Jalan SegeraPuisi ini menggambarkan carut marutnya keadaan Indonesia kala peralihan Orde Lama ke Orde Baru. Tidak terlalu banyak menggunakan kiasan, dalam puisi ini Taufiq menggambarkan bagaimana keganasan kala ini dimana terjadi penembakan yang dilakukan oleh PKI pada anak bangsa sendiri. Keganasan namun juga dikatakan terdapat ketakutan, inilah penggambaran Taufiq pada PKI yang kala itu sudah diujung tanduk karena kalah Cinta RupiahPuisi ini mengandung unsur sindiran yang ditujukan kepada pemerintah. Pemerintah menggunakan berbagai kedok untuk mengelabui rakyat. Rakyat disuguhi dengan kebohongan yang jelas sebenarnya rakyat sudah Dharma WanitaPuisi ini merupakan puisi yang mengisahkan mengenai wanita. Dalam puisi ini penyair mencoba menyadarkan wanita bahwa mereka telah dijadikan boneka oleh keadaan. Wanita mengurus berbagai hal bahkan menjadi pendukung karir suaminya. Penyair ingin menyadarkan wanita untuk lebih memikirkan dirinya Malu Aku Jadi Orang IndonesiaPuisi ini menggambarkan mengenai ketidakadilan yang terjadi di negeri ini. Dimana negeri dikuasai oleh pemerintah yang rakus dan tamak, sedangkan rakyat kecil menderita dan semakin kesulitan. Penggambaran puisi ini, meskipun ditulis berpuluh tahun lalu, tapi tak elak jika kondisi ini masih saja terjadi di Indonesia, bahkan hingga Bayi Lahir Bulan Mei 1998Dalam puisi ini kalimat pertama menyiratkan beban yang ditanggung oleh seorang bayi yang baru lahir pada bulan Mei 1998. Mei 1998, terjadi peristiwa kerusuhan besar di Indonesia yang menewaskan ratusan orang. Puisi ini mengisyaratkan bahwa anak yang lahir pada era itu akan memikul beban yang cukup berat imbas dari huru hara yang terjadi di SalembaPuisi ini masih mengisahkan peristiwa yang terjadi ketika masa revolusi tepatnya peristiwa gugurnya Arief Rahman Hakim dalam gerakan mahasiswa. Kalimat dalam puisi ini pun tidak sulit untuk dipahami pembaca. Penggunaan kalimat yang digunakan memperindah puisi namun tidak menyulitkan pembaca memahami makna Dari Catatan Seorang DemonstranPuisi ini salah satu puisi Taufiq yang menggambarkan penentangan keras yang dilakukan mahasiswa Indonesia terhadap pemerintahan Orde Lama yang dipengaruhi oleh PKI. Pada puisi ini penyair hendak menyampaikan ingatan bagaimana gigihnya mahasiswa bahkan rela terjun dalam peperangan untuk memberantas komunis di negeri Geometri Puisi ini memberikan gambaran mengenai gerakan-gerakan usaha yang dilakukan untuk melawan PKI merupakan gerakan yang saling terhubung satu sama lain. Gerakan-gerakan ini akan membentuk jalinan dengan tujuan yang sama yakni pemberantasan Seratus JutaPuisi ini ditulis pada tahun 1998 setelah peristiwa kerusuhan besar yang menewaskan ratusan orang. Selain korban nyawa, sudah tentu berbagai bentuk korban pun berjatuhan, salah satunya kehilangan pekerjaan. Dalam puisi ini dikisahkan mengenai begitu banyaknya rakyat pengangguran yang tidak tahu harus berbuat apa untuk dapat menyambung hidupnya.
PuisiMembaca Tanda-tanda memiliki makna bahwa Taufik Ismail selaku penciptanya mengajak pembaca untuk dapat membaca gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar kita. Pembaca diajak untuk peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan keadannya.
PUISI “MEMBACA TANDA-TANDA” KARYA TAUFIQ ISMAIL MEMBACA TANDA-TANDA Karya Taufiq Ismail Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi sekarang kita mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir membawa air Air Mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani bubuk dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca seribu tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi sekarang kami mulai merindukannya Kamitelah dihalau api dan hama. Kami telah dihujani bubuk dan batu. Allah. Ampuni dosa-dosa kami. Beri kami kearifan membaca seribu tanda-tanda. Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan. akan meluncur lewat sela-sela jari. Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas. tapi sekarang kami mulai merindukannya. Abstract – Environmental damage is an important issue for concern. Environmental damage can occur because the balance of the ecosystem is disturbed. One of the media to convey issues and messages to the environment is literature. This research examines literature from an ecocritical ethical study of a poem by Taufiq Ismail entitled "Membaca Tanda-tanda." The method used in this research is descriptive qualitative. This research shows that there are three attitudes towards nature in the poem "Membaca Tanda-tanda" 1 an attitude of solidarity towards the environment; 2 an attitude of love and concern for nature; and 3 an attitude of not interfering with natural life. The conclusion of this research is, through the ethical study of the ecocritical poetry of Taufiq Ismail's poem "Membaca Tanda-tanda", there is a picture of natural damage due to damage to ecosystems caused by human activities and attitudes arising against these natural – Environment, ecosystem, ecocriticism, poem

PenjelasanPuisi "Membaca Tanda-tanda". Dari puisi nan berjudul "Membaca Tanda-tanda" karya Taufik Ismail di atas, terdapat ungkapan di mana penyair mengajak pembaca buat membaca dan memahami gejala-gejala nan terjadi di alam. Melalui puisi tentang lingkungan hayati tersebut, Taufik Ismail mengajak agar manusia lebih peka terhadap

Fitri Vanila / Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Fitri Vanila / Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merasakannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksida itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukanya. Siapa yang tidak kenal Taufik Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 25 Juni 1935. Taufik Ismail merupakan sastrawan Indonesia yang terkenal, Taufik Ismail tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan. Ia sudah bercita-cita menjadi sastrawan sejak duduk di bangku SMA. Puisi dengan judul Membaca Tanda-tanda karya Taufik Ismail merupakan salah satu dari sekian banyak puisi yang di tulis oleh Taufik Ismail. Beberapa puisi yang ditulis beliau ialah kembalikan Indonesia padaku, mencari sebuah masjid,Malu Aku Jadi Orang Indonesia dan masih banyak lagi. Puisi Membaca Tanda-tanda mengungkapkan kerinduan alam yang dulunya sangat indah,nyaman dan terasa sangat asri kini berubah menjadi rusak oleh tangan-tangan manusia. Taufik Ismail selaku penulis puisi yang berjudul membaca tanda-tanda kini mengajak para pembaca untuk memahami makna dari puisi tersebut. Makna dari puisi di atas ialah kita harus peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memperihatinkan. Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Makna dalam bait puisi tersebut yaitu kelalaian kita untuk menjaga alam sekitar, sehingga bencana itupun datang karena tangan-tangan nakal kita. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas Tapi kini kita mulai merasakannya Pada baris kedua puisi tersebut maksudnya menggambarkan kegelisahan hati pengarang akan terjadi bencana yang sangat besar, dimana manusia menyadari bencana itu hadir karena perbuatan kita sendiri dengan merusak alam. Yang dari awal tak pernah kita rasakan tapi semakin lama efeknya semakin kita rasakan. Pada bait ke empat sering kali mengulang kata “Kehilangan” mengartikan bahwa alam kehilangan keindahannya. Beliau juga banyak mengunakan kata-kata yang berhubungan dengan alam seperti hutan,udara,gunung dan lain sebagainya untuk menyesuaikannya dengan tema alam. Dari puisi membaca tanda-tanda karya Taufik Ismail mengajarkan kita bahwa lebih menghargai alam dan menjaga alam dengan sebaik-baiknya.
DownloadPDF - Membaca Tanda Puisi Karya Taufik Ismail [9n0okegg15nv].
Puisi – Taufiq Ismail, penyair yang dikenal luas sebagai tokoh sastrawan Angkatan ’66 ini lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan. Dalam Tempo, Mei 2008 disebutkan bahwa ia pernah menggunakan nama samaran, yaitu Nur Fadjar. Taufiq Ismail itu penyair yang membutuhkan pendengar karena padanya ada pesan yang didasarkan pada keyakinan agama Islam yang kuat dan sekaligus sebagai orang yang selalu melibatkan dirinya dengan sungguh-sungguh kepada masalah sosial politik pada masanya. Puisi dengan judul Membaca Tanda-tanda karya Taufik Ismail merupakan salah satu dari sekian banyak puisi yang di tulis oleh Taufik Ismail. Beberapa puisi yang ditulis beliau ialah kembalikan Indonesia padaku, mencari sebuah masjid, Malu Aku Jadi Orang Indonesia dan masih banyak lagi. Taufik Ismail dalam puisinya Membaca Tanda-tanda banyak menyindir manusia sebagai khalifah di bumi yang masih saja merusak alam dengan perburuan hewan, penebangan hutan, dan lain sebagainya yang menyebabkan alam kehilangan keindahannya. Berikut Puisi Membaca Tanda-tanda Karya Taufiq Ismail. Membaca Tanda-tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kitaAda sesuatu yang mulanya tidak begitu jelastapi kita kini mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanyaKita saksikan air danau yang semakin surut jadinyaBurung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hariHutan kehilangan rantingRanting kehilangan daunDaun kehilangan dahanDahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arangdan karbon dioksida itu menggilas paru-paru Kita saksikanGunung membawa abuAbu membawa batuBatu membawa linduLindu membawa longsorLongsor membawa airAir membawa banjirBanjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tandaBisakah kita membaca tanda-tanda? AllahKami telah membaca gempaKami telah disapu banjirKami telah dihalau api dan hamaKami telah dihujani api dan batuAllahAmpunilah dosa-dosa kamiBeri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tanganakan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelastapi kini kami mulai merindukannya. TaufikIsmail, Seorang Sastrawan yang dikenal dengan puisi-puisi dan karya tulisnya Ia menekankan pentingnya budaya membaca dan menulis dalam kurikulum pendidikan di Indonesia."Kurikulum untuk pengajaran bahasa Indonesia itu cukup dua, membaca, membaca, membaca, menulis, menulis, menulis" tutur Taufik Ismail. . 456 488 436 373 374 399 88 169

membaca tanda tanda karya taufik ismail